Detik, Menit, Jam *oh gembuuul -__-“

Ah, saya ingin bercuap-cuap

Saya sering kali menikmati kesibukan di dalam kamar kos sendirian. Selalu saja ada banyak hal yang akan saya lakukan. Entah itu menyapu (saking gemarnya saya menyapu, bahkan ketika kamar kosan saya bersih seputih salju, saya masih saja tetap menyapunya*anakmama-anakrajin eaeaea), mengepel, menyuci piring, merendam pakaian, melipat pakaian, mengusir jamur*ah,saya paling tidak suka dengan jamur -,-*, menonton,mendengarkan nasyid kesukaan,buat tugas, buat surat-surat/file organisasi(sekretarissejati), menghitung uang-uang organisasi yang saya ikuti, uang danusan buat organisasi atau uang danusan buat proyek-proyek tugas akhir semester (kerap kali saya di tunjuk jadi bendahara, entah mengapa(?) mungkin karena saya hemat dan agak ganas (eh, emang ganas ngngngnghmmmm lebih tepatnya saya cerewet -,-) ketika nagih uang kas ke teman-teman seorganisasi atau teman-teman sekelas kali ya (?)*ada yang bilang ke saya, ketika dia melihat saya, maka ia dengan refleknya akan mengingat uang sekejap itu juga -,-* atau sibuk menghitung uang hasil jualan pulsa atau uang ngedanus diri sendiri atau uang jualan produk sophie martin atau uang inet kosan (ah saya terlalu sering berjibaku dengan uang-uangan *pusing*tepar*) hingga aktivitas bercermin dan berdiskusi dengan diri sendiri(?), saya begitu menikmati semuanya.

Sejatinya, jikalau saya sudah betah di dalam kosan maka saya sangat ogah untuk keluar. Karena saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk persiapan ini itu sebelum keluar dari kosan *walau hanya untuk keluar sebatas pintu luar kosan*.
Pendek kata, saya harus memakai rok panjang, memakai jaket, memakai kerudung instan, memakai kaos kaki dan baru bisa keluar dengan hati yang senang.
Jujur, saya tidak hobi untuk harus ribet seperti hal di atas dengan frekuensi yang keseringan dan durasi penggunaan yang sebentar. Maka kalau hanya untuk keluar sebatas pintu luar kosan, entah itu untuk membuang sampah, membukakan pintu buat tamu kosan atau menjemput makanan hasil delivery dan hal-hal sepele lainnya, maka saya pun memilih untuk menggunakan opsi kedua. Yaitu, saya akan mencari-cari mukena tebal *dan memakainya, mencari-cari kaos kaki *dan memakainya. Sekejep semua aurat saya tertutup secara aman dan rapi. Hal itu agaknya sedikit lebih simple dan sangat-sangat instan menurut saya.

Nah, sebenarnya yang saya ingin ceritakan adalah perihal aa aa pengantar makanan delivery. Kosan saya adalah sebuah kosan yang tidak dilengkapi dengan dapur. Oleh karena itu, saya tidak berpeluang untuk menyalurkan hobi memasak saya. Paling-paling saya hanya bisa memasak nasi (menggunakan magic.com) atau memasak air (menggunakan dispenser) atau untuk sekadar membuat puding atau mi instan (masih menggunakan magic.com -____-), syukurlah hal-hal di atas masih bisa saya lakukan.

Jadi begini, (syelalu bertele-tele)
Syahdan, ada sebuah kantin ternama di kawasan Ciseke Jatinangor. Sebut sajalah “Kantin Gembul”. Kantin ini buka 24 jam dan menyediakan makanan-makanan yang bergizi, murah dan higienis. Tak usah ragu, jika banyak mahasiswa yang kesemsem dengan masakan kantin gembul. Saya adalah salah satu contoh mahasiswa yang kesemsem dengan masakan gembul. Beruntung, gembul menyediakan jasa delivery makanan, sehingga saya dan mahasiswa-mahasiswa ciseke lainnya tak usah repot-repot untuk mendapatkan makanan dengan jalan jauh pergi keluar.
Gembul memiliki tiga personil sekawan . Saya biasanya memanggil mereka dengan sebutan aa (ngngngnggnhmmm, saya selalu lupa untuk sekadar bertanya tentang nama mereka).
Yang satu bertugas untuk memasak, yang satu bertugas melayani di dalam kantin dan yang satu lagi bertugas mengantarkan makanan delivery.

Biasanya, saya sering pulang dari kampus jam 5 sore lewat dikit. Hal itu membuat perut saya berbunyi-bunyi minta makan (cing cing cing….kiciks perut mau makan T.T grgrgrgrgrgrrg cing cing cing).
Biasanya, saya langsung tepar sebentar ketika sampai dikosan. Tidur-tiduran sebentar di kasur kegemaran dan curhat-curhat ga jelas dengan boneka kesayangan (capichan dan hipochan). Setelah semuanya itu selesai saya lakukan, maka saya akan mencari-cari hp dan langsung me-sms aa gembul. Berikut cuplikan sms yang saya kirim :

“A, pesan ayam bakar dong
Jangan hangus! (karena menurut pengalaman,gembul sering membakar ayam dengan tingkat kehangusan yang membara hal tersebut berefek pada kepahitan rasa), saya gak suka pahit
terus 2 rb sayur capcay, 2 ribu tempe balado , sambelnya banyakin ya a….oh iya, kerupuk bonus jangan lupa y
Ke pondok zahara ya a. Cepet ya a. Saya laaaapeeeeerr T.T”

Sekejap, aa gembul membalas sms saya

“Siap teh”

Selang waktu beberapa menit.
Terdengarlah suara aa gembul mmanggil dari luar kosan

“Gembuuul, gembuuul, teng teng teng (memukul pagar) ”

silent *no sahutan

“Gembul,gembul,gembul teng teng)

sekejap, suara cempreng muncul dari sebuah kamar bernomor 208

“Iyaaaaaaaaaaaaaaaa”

Suara cempreng itu adalah suara saya,
Dengan refleks saya mencari-cari mukena tebal *dan memakainya, mencari-cari kaos kaki *dan memakainya
Setelah semua terasa aman, nyaman dan tentram (aurat tertutup rapat) maka saya pun memilih untuk keluar dan bertemu dengan aa gembul. Percakapan pun dimulai,

“Hmmm….berapa a?

“Se $$$$$$$ teh”

“Oh…ini uiknya. Lengkap semua kan a?

“Lengkap teh”

“Ooooo yaudah, makasii ya”

“Sama-sama teh”

Aa gembul pun pergi berlalu begitu saja.
Lalu, saya memilih masuk ke dalam kamar kosan, melepas semua atribut instan yang saya pakai dan mulai makan dengan hati yang lapang.

Nah, kira-kira begitulah hal yang sering saya lakukan dalam hari-hari kehidupan saya (hmmm tidak setiap hari juga saya memesan kantin gembul *bosaaan atuh)
Saya selalu menggunakan mukena jika harus keluar memngambil makanan dari gembul. Penggunaan mukena setiap hari saya lakukan untuk bertatap muka dengan aa gembul.

Suatu ketika,
Percakapan di antara saya dan aa gembul pun menjadi bertambah

“……………..&*&@#$#%$&^%*&(*….”

“…..!$#^%(*&)*(^Y$##@!#@%$&^%*(*…..”

” blablalablalbalala” (cakap-cakap seperti hal di atas)

Ending percakapan delivery makanan anatara saya dan aa gembul

“hmmm, punten teh.
Saya cuma mau bilang, wah saya salut dengan teteh.
Saya selalu melihat teteh pakai mukena setiap kali menjemput makanan
Teteh selalu sedang sholat setiap kali menjemput makanan keluar ya,
Teteh sholat setiap detik, menit dan jam ya teh?
Saya ingin juga rajin sholat seperti teteh,nggg ngggg tapi tapi tapi
“Sepertinya Allah belum menghidayahkan saya kerajinan dalam beribadah yang sesering teteh, mohon doakan saya ya teh”

Jlebbbbb, hening seketika

Dengan sok bijaksana, saya pun menjawabnya
” adeuh aa -_______- *tepok jidat* bukan berarti saya sholat setiap detik, menit dan jam jikalau saya bertemu aa dengan menggunakan mukena untuk mengambil makanan -,- *saya belum serajin itu untuk bisa sholat setiap detik, menit dan jam yang seperti aa kira.
Ini, cuma karena saya males aja pake atribut kebesaran saya kalau hanya untuk keluar 3 menit mengambil makanan”

Si aa gembul menjawab

“Wah….. *nyengir*garuk-garuk kepala* dan ketawa kecil* heheheeh saya kirain teteh selalu sholat setiap detik, menit dan jam yang teteh lalui -___-, habis teteh selalu menggunkan mukena setiap bertemu dengan saya. Maaf ya teh, saya telah menduga-duga”

Saya pun berkata sambil tersenyum,

“Iya gpp a *sokberwibawa* begini lho a, aa jangan beranggapan beribadah setiap detik, menit dan jam itu baik ya. Karena menurut buku yang pernah saya baca dan ceramah ustad yang pernah saya dengar, intinya begini : “Allah memang menyeru kepada umatnya untuk rajin beribadah, namun bukan berarti harus beribadah setiap detik, menit dan jam yang di lalui tanpa melakukan akivitas lain selain sholat (beribadah). Kita juga harus melangsungkan kehidupan seperti bekerja, menuntut ilmu, bersosialisasi dan beraktivitas lainnya. Namun ingat ! ibadah jangan sampai ketinggalan, rajin beribadah itu baik a, dan sangat di anjurkan oleh Allah (: ”

Aa gembul pun membalas perkataan saya,

“Hhehe iya teh, saya salah sangka. Maaf ya teh (:
Moga kita dibukakan hidayahnya oleh Allah untuk rajin beribadah namun tidak lupa juga untuk mencari nafkah dan beraktivitas ya teh *Amiin ”
Terimakasih teh (: *nyengir-nyengir ga jelas

Lebih kurangnya, sperti itulah percakapan akhir saya dengan si aa gembul beberapa waktu yang lalu. Semenjak hari itu, saya jadi berpikir ulang untuk menggunakan mukena kalau keluar kosan. Saya takut timbul persepsi orang lain yang tak saya duga dan tak saya harapkan.
Sekarang, saya lebih memilih untuk beribet-ribet*oh syalala* dalam urusan penggunaan baju kebesaran untuk keluar kosan *hidup baju muslimah wew

kantin gembuul

*HIKMAH dari pengalaman dan cerita saya ini:

“Don’t judge people from his/her cover”
Jangan pernah menilai seseorang dari tampang atau penampilannya saja. Tapi nilai lah ia dari kebaikan hatinya dan cara ia memperlakukan kita.
Bukan berarti setiap yang memakai jilbab adalah orang yang baik hatinya, dan bukan berarti pula setiap orang yang bertampang preman dengan baju ugal-ugalan *baju ga rapi, g pake celana dasar atau ga berjenggot atau ga hitam keningnya* adalah orang yang jahat.

إعمل لدنياك كأنّك تعيس ابدا وواعمل لأخرتك كأنّك تموت غدا.
“Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah (Beribadah) untuk akhiratmu sekan-akan kamu akan mati besok” (HR. Ibnu Askar)
Hadist ini menjelaskan bahwa sebaiknya kita menciptakan keseimbangan antara usaha untuk memperoleh keperluan duniawi dan usaha untuk keperluan ukhrawi.

Keep smiling (:
Keep beribadah untuk menggapai ridhoNya (: *Amiin

3 responses to “Detik, Menit, Jam *oh gembuuul -__-“

  1. Kalo menurut Ka Jei, kalo merubah, malah akan menciptakan kesan yang berbeda dari aa Gembulnya Wi nantinya,,, istiqomah ajah kata ka Jei, insya Allah itu akan jadi cerminan Wi… kak Jei, suka lo, jarang temen2 di Unpad, yang nulis sejujur Wi,,, hehe

Leave a reply to Abd. Qadir Jailani Cancel reply